SEJARAH MUSIK
sejarah tentang musik yang menarik
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok da Mesir ada musik
yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan
Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi
musik Gereja. Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya
pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada
upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang,
dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat
musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis
besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa
kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik
pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama
bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik
Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis.
A.Perkembangan Musik Dunia
Musik sudah ada sejak Zaman purbakala dan dipergunakan sebagai alat untuk
mengiringi upacara-upacara kepercayaan. Perubahan sejarah musik terbesar
terjadi pada abad pertengahan,disebabkan terjadinya perubahan keadaan dunia
yang makin meningkat. Musik tidak hanya dipergunakan untuk keperluan keagamaan,
tetapi dipergunakan juga un tuk urusan duniawi
PERKEMBANGAN MUSIK DUNIA TERBAGI DALAM ENAM ZAMAN :
1.Zaman Abad Pertengahan
Zaman Abad Pertengahan sejarah kebudayaan adalah Zaman antara berakhirnya kerajaan
Romawi (476 M) sampai dengan Zaman Reformasi agama Kristen oleh Marthen Luther
(1572M). perkembangan Musik pada Zaman ini disebabkan oleh terjadinya perubahan
keadaan dunia yang semakin meningkat, yang menyebabkan penemuan-penemuan baru
dalam segala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Perubahan dalam sejarah musik
adalah bahwa musik tedak lagi dititikberatkan pada kepentingan keagamaan tetapi
dipergunakan juga untuk urusan duniawi, sebagai sarana hiburan.
Perkembangan selanjutnya adalah adanya perbaikan tulisan musik dan dasar-dasar
teori musik yang dikembangkan oleh Guido d’ Arezzo (1050 M)
Musik dengan menggunakan beberapa suara berkembang di Eropa Barat. Musik
Greogrian disempurnakan oleh Paus Gregorius.
Pelopor Musik pada Zaman Pertengahan adalah :
1. Gullanme Dufay dari Prancis.
2. Adam de la halle dari Jerman.
2. Zaman Renaisance (1500 – 1600)
Zaman Renaisance adalah zaman setelah abad Pertengahan, Renaisance artinya
Kelahiran Kembali tingkat Kebudayaan tinggi yang telah hilang pada Zaman
Romawi. Musik dipelajari dengan cirri-ciri khusus, contoh nyanyian percintaan,
nyanyian keperwiraan. Sebaliknya musik Gereja mengalami kemunduran. Pada zaman
ini alat musik Piano dan Organ sudah dikenal, sehingga munculah musik
Instrumental. Di kota Florence berkembang seni Opera. Opera adalah sandiwara
dengan iringan musik disertai oloeh para penyanyinya.
Komponis-komponis pada Zaman Renaisance diantaranya :
1. Giovanni
Gabrieli (1557 – 1612) dari Italia.
2. Galilei (1533 – 1591) dari Italia.(tidak ada pict)
3. Claudio
Monteverdi (1567 – 1643) dari Venesia.
4. Jean
Baptiste Lully (1632 – 1687) dari Prancis.
3. Zaman Barok dan Rokoko
Kemajuan musik pada zaman pertengahan ditandai dengan munculnya aliran-aliran
musik baru, diantaranya adalah aliran Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini hamper
sama sifatnya, yaitu adanya pemakaian Ornamentik (Hiasan Musik). Perbedaannya
adalah bahwa musik Barok memakai Ornamentik yang deserahkan pada Improvisasi
spontan oleh pemain, sedangkan pada musik Rokoko semua hiasan Ornamentik
dicatat.
Komponis-komponis pada Zaman Barok dan Rokoko :
A. Johan
Sebastian Bach
Lahir tanggal 21 Maret 1685 di Eisenach Jerman, meninggal tanggal 28 Juli 1750
di Lipzig Jerman. Hasil karyanya yang amat indah dan terkenal:
1. St. Mathew Passion.
2. Misa dalam b minor.
3. 13 buah konser piano dengan orkes
4. 6 buah Konserto Brandenburg
Gubahan-gubahannya mendasari musik modern. Sebastian Bach menciptakan musik
Koral (musik untuk Khotbah Gereja) dan menciptakan lagu-lagu instrumental.
Pada akhir hidupnya Sebastian Bach menjadi buta dan meninggal di Leipzig
B. George Fredrick Haendel
Lahir di Halle Saxony 23 Februari 1685 di London, meninggal di London tanggal
14 April 1759. Semasa kecilnya dia sudah memperlihatkan bekat keahlian dalam
bermain musik. Pada tahun 1703,ia pindah ke Hamburg untuk menjadi anggaota
Orkes Opera. Tahun 1712 ia kembali mengunjungi Inggris. Hasil ciptaannya yang
terkenal adalah ;
1. Messiah, yang merupakan Oratorio (nama sejenis musik) yang terkenal.
2. Water Musik (Musik Air).
3. Fire Work Music (Musik Petasan).
Water Musik dan Fire Work Music merupakan Orkestranya yang paling terkenal. Dia
meninggal di London dan dimakamkan di Westminster Abbey.
4. Zaman Klasik 91750 – 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok
dan Rokoko.
Ciri-ciri Zaman musik Klasik:
a. Penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo.
b. Perubahan tempo dengan accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin
lembut).
c. Pemakaian Ornamentik dibatasi
d. Penggunaan Accodr 3 nada.
SEJARAH
TENTANG MUSIKINDONESIA
Terdapat tahapan – tahapan
perkembangan sejarah Musik Indonesia. tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu – Buddha
Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat.
Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau
alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang
digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, berkembanglah musik – musik istana (khususnya di jawa). saat
itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam
kegiatan – kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik
istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5
kelompok, yaitu: kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon,
kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam
Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga
memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari
proses itulah muncul orkes- orkes gambus di Tanah Air ( Indonesia ) hingga saat
ini.
Masa Kolonialisme
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam
perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat
musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling
(flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya
lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu, para
musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat
dan musik Indonesia. Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.
Masa Kini
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia, masukpula berbagai jenis
musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan
music – musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari
perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia.
Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis
musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop,
jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan
unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat
musiknya. Jenis musik ini
Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan
musik Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui batas
bahasa, kebudayaan bahkan agama. Bagi orang barat, India sering disamakan
dengan Indonesia. Mereka menyebut India dengan Indie (Nedherland-Oost) yang
maksudnya Indonesia.
Anggapan semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di
Indonesia tidak diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu penjajahan
Belanda masih bercokol di bumi Indonesia.
Khasanah seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat
disejajarkan dengan seni klasik di negeri yang berkembang.
A. Jaman Prasejarah (sebelum abab 1 Masehi)
Ternyata prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki
oleh para arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu antara
tahun kira-kira 2500 Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi menemukan perkembangan
kebudayaan termasuk musik sampai saat ini.
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1
dari Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum
Masehi di Asia Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide (penduduk asli),
orang Melanesia (berasal dari Asia Tengah) dan orang Negrito (mungkin dari
India).
Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan
bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama
di Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun dimana putra
dan putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang
ditiup bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng
dan di Kalimantan dengan nama Kledi. dengan nama
Alat ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik bambu
yang sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang bambu dengan
ukuran yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin menimbulkan bunyi
bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di Bali sampai sekarang).
Alat musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah
mengalami suatu proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia
Tenggara dalam bentuk berbeda-beda: sebagai’tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di
Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’ di Birma, ‘gambang’ di Jawa,
‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah diekspor dari Asia
Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi. yang tersebar diseluruh
2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di
sekitar abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina SelatanAnnam.
Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku dari daerah tersebut lewat
Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan berjalan terus ke Filipina,
Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula oleh P. Wilhelm Schmidt
(1868-1954) yang menemukan bahwa para penduduk Indonesia, Melanesia dan
Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama (yang memang kemudian berkembang
sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir semua ahli
sejarah. bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga
kebudayaan musik.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di
dekat Annam, pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu,
sehingga terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak hanya
ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara.
Maka kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini
berlangsung dari abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2
Sebelum Masehi.
Bagaimana dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa
tentang musik mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka
musiknya berat.
Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh
kelompok Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula
tersebar di seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa
dan Bali. Karena tidak ada catatan maka tidak dapat diketahui teori musik yang
melatarbelakangi tangga nada yang unik ini. tangga nada
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa.
Rupa-rupanya mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig
(mistik). ternyata ditemukan dalam penggalian di
Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia
waktu itu tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu
perkembangan : benda-benda dari perunggu dan besi yang masuk “kasalisator”:
meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu (timah dan
kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-abad pertama
Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.
B. Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)
Suatu ‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal
besar-besar di teluk PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun menjadi
intensif (sebelumnya diperkirakan lalu lintas terjadi terutama lewat daratan).
Terutama pedagang India mendatangi daerah-daerah Indonesia sejak abad 2 dan 3
Masehi untuk perdagangan. Maka pengaruh India di Indonesia dan tambah besar,
baik dari segi perdagangan dan politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan
IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan kemudian
di Jawa dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh kebudayaan India
mencapai puncaknya dari pertengahan abad 8 Masehi sampai abad 11 Masehi dimana
fase kreativitas yang sangat tinggi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan
Jawa berupa musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada waktu itu
dibangunlah Candi Borobudur dan Candi PrambananIndonesia dari masa lalu sampai
sekarang. pada abad 4 Masehi. Mereka mendirikan pusatnya di pulau yang menjadi
kebanggaan bangsa
Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan
rupanya diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut
cerita tangga nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa
Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval yang sama (6/5 dari
sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah dalam penggalian di
JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada yang
mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan terts
kecil), sama halnya dengan tangga nada
Perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta
Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia
Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah
abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak
abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain Pementasan tari berkembanglah pula
versi wayang, suatu tradisi yang nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.
Waktu orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam
alat musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun alat
musik yang diimpor dari India seperti gendamg, termasuk gendang dari tanah
dengan kulit hanya di satu sisi, kledi, suling, angklung, alat tiup (semacam
hobo), xylofon (bentuknya setengah gambang, setengah calung), sapeq, sitar dan
harpa dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam ukuran, gong,
saron, bonang. Tidak dapat disangkal bahwa alat musik mula-mula dimainkan
menurut kebiasaan India.
Selain itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah
besar kumpulan bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong,
namun tidak jelas dari abad berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas
bertahan di Jawa dalam perkembangan waktu selanjutnya. Namun nampak bahwa alat
musik ini telah dipakai sebelum jaman Hindu. Perlu diketahui bahwa musik
gamelan sebagai musik herefon dengan pola ritme yang kaya, keindahannya
terletak justru dalam bunyi bersama dari lagu dan irama yang saling melengkapi
menjadi satu ‘simfoni nada dan irama’. Sedangkan musik India termasuk musik
solotis (vocal maupun instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel
sebagai iringan. Namun aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam
satu orkes, untuk memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain.
Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat
disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari jaman itu
serta dari naskah-naskah kuno yang rajin menyebut nama alat musik dan
sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes mengalami suatu perkembangan alat musik
yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam musik tradisional Jawa:
gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang ditambah sejumlah alat
lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan jaman. Bahwa terjadilah suatu
perkembangan musik gamelan (sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi musik
ini hingga tidak ada bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.
Pada masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan
Kerajaan Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah itu
dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada abad 13. Wilayah kekuasaan sampai
Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden Wijaya dengan patihnya yang tersohor
Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada tahun 1350-1389 merupakan puncak
kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk
kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah Nusantara (itu nama wilayah kerajaan
Majapahit di luar pulau Jawa).
Maka tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke
seluruh Nusantara.
Namun itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan. Meskipun
tangga nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya musik di luar Jawa
dan Bali mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta melodic yang agak
sederhana berdasarkan tangga nada pentatonic tanpa setengah nada (pentatonic
anhemitonis) adalah ciri khasnya.
Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya satu
alat belum ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua
alat dimainkan selalu bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel
dengan alat musik lembut yang terutama dipakai di dalam ruang dengan gender,
gambang dan suling.
Selain itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal (di
Jawa sudah tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung
untuk pesta dan pawai. Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat
terdapat pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias dan Flores Barat.
Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel
macam ini juga.
Menurur Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah
jaman Hindu.
Dan inipun terjadi dalam perkembangan waktu.
1389 – 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit.
Sementara itu di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang
berkuasa sampai Sumetera.
1511 Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522).
Sementara itu di Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri
Kesultanan Demak menguasai seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar
Jawa.
Bersama dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula alat musik Arab: misalnya
rebana, rebab, gambus.
Namun alat musik ini berkembang di Indonesia : berbedalah bentuk dan cara
bermain rebab: di Jawa,Bali, Sulsel, Sumba (di Sumba rebab ini disebut ‘dunggak
roro’) dengan dua dawai; di Sumatera, Kalimantan, Sulut dan Maluku dengan satu
dawai; di Aceh dengan tiga dawai.
Berbedalah pula nama rebana: terbang, trebang, robana, rabana. Sedangkan gambus
{sejenis gitar/mandolin) biasanya dilengkapi dengan alat seperti biola,
akordeon, gendang, seruling, bas menjadi orkes gambus. Dengan kata lain: alat
musik ini mengalami suatu proses pengintegrasian ke dalam tradisi musik
Indonesia.
C. Jaman Modern / Masa Kini
Banyak tema legu dalam bermusik. Sehingga karya para musisi terdahulu masih
enak dan layak di perkembangan dunia musik modern yang semakin meningkat telah
merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat serta berkesinambungan dari
generasi ke generasi sehingga telah menghasilkan begitu banyak karya yang patut
di banggakan. Pesatnya kemajuan industri musik di tanah air pada saat ini di
imbangi dengan banyak bermunculannya insan – insan musik yang mendatangkan angin
segar bagi industri tersebut. Seperti halnya dunia film, dunia musik juga
mempunyai pasar serta penggemar yang banyak dengan aliran musik yang di
anutnya, maka berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo untuk meniru.
Dengan banyak bermunculannya pendatang baru di dunia musik, maka banyak pula
karya- karyaserya penghargaan – penghargaantentang musik yang sudah di
hasilkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ditingkatkan dandikembangkan
bakat generasi muda Indonesia di bidang musik, khususnya mengenai sejarah,
perkembangan serta pengetahuan tentang dunia musik yang sifatnya universal
tersebut. Selain itu mereka juga diharapkanmampu untuk memperkenalkan karya –
karyake kancah nasional maupun internasional, sebagai hal yang
patutdibanggakan, dikembangkan, dipertahankan serta di lstarikankeberadaannya.
Mengingat untuk perkembangan dunia musik modern itu sendiri di Indonesia belum
ada wadah yang dapat memberi informasi yang akurat tentang segala hal tentang
dunia musik moderndi Indonesia. Sedangkan fasilitas untuk mleakukan pelestarian
terhadap karya- karya serta penghargaan musik tersebut belum benar – benar ada.
Oleh karena itu diharapkan adanya suatu wadah yang dapat menampung karya,
penghargaan, minat serta aspirasi yang dapat meningkatkan informasi dan
pengetahuan tentang musik modern yang merupakan salah satu warisan khasanah
budaya Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong,
musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis
musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri
India yang banyak diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini,
terjadilah perpaduan musik asing dengan musik Indonesia. Musik India juga
berpadu dengan musik melayu yang kemudian menghasilkan jenis musik dangdut.
Maka, muncullah berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues,
rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan
Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik
ini sering disebut musik etnis.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong,
musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
1. Musik Daerah/Tradisional
Ciri khas jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya).
Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan melodinya
menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Seni tradisi yang merupakan
identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Musik jenis
ini terdiri dari :
1. Instrumen Musik Perkusi.
Antara lain : Gamelan, Talempong, Kulintang, Arumba dan Kendang.
2. Instrumen Musik Petik
Antara lain : Kecapi, Sasando dan Sampek.
3. Instrument Musik Gesek
Antara lain : Rebab dan Ohyan.
4. Instrument Musik Tiup
Antara lain : Suling, Saluang, Serunai, dan Serompet atau Tarompet.
2. Musik Keroncong
Ciri musik jenis ini adalah pada harmoni musik dan improvisasi yang sangat
terbatas. Umumnya lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair-
syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi
dengan permainan alat musik.
3. Musik Dangdut
Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik
perkusi yang menghasilkan bunyi ndut) dan iramanya yang ringan, sehingga
mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya.
4. Musik Perjuangan
Ciri khas dari musik ini terletak pada syair- syairnya yang umumnya berisi
ajakan untuk berjuang, ajakan untuk berkorban demi tanah air, dan sejenisnya.
Irama musiknya cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.
5. Musik Populer (pop)
Musik ini memiliki ciri, dalam penggunaan ritme yang terasa bebas dengan
mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Biasanya, para musisinya juga
menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan
penghayatan pendengar atau penikmatnya. Musik pop dibedakan menjadi musik pop
anak- anak dan musik pop dewasa.
SEJARAH MUSIK ROCK MANCA NEGARA
Musik rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada
pertengahan tahun 50an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country
dari tahun 40 dan 50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik
rock juga mengambil gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat
(folk music), jazz dan musik klasik.
Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar
akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section
dengan gitar bass dan drum, dan kibor seperti organ, piano atau sejak 70-an,
synthesizer. Disamping gitar atau kibor, saksofon dan harmonika bergaya blues
kadang digunakan sebagai instrumen musik solo. Dalam bentuk murninya, musik
rock "mempunyai tiga chords, bakcbeat yang konsisten dan mencolok dan
melody yang menarik".
Pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, musk rock berkembang menjadi beberapa
jenis. Yang bercampur dengan musik folk (musik daerah di amerika) menjadi folk
rock, dengan blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi jazz-rock
fusion. Pada tahun 70an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik
latin. Juga di tahun 70an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub-kategori)
seperti soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan
punk rock. Sub kategori rock yang mencuat ditahun 80an termasuk New Wave,
hardcore punk dan alternative rock. Pada tahun 90an terdapat grunge, Britpop,
indie rock dan nu metal.
Sebuah kelompuk pemusik yang mengkhususkan diri memainkan musik rock dijuluki
rock band atau rock group (grup musik rock). Rock group banyak yang terdiri
dari pemain gitar, penyanyi utama (lead singer), pemain gitar bass, dan drummer
(pemain drum), membentuk sebuah quartet. Beberapa group menanggalkan satu atau
dua posisi di atas dan/atau menggunakan pennyanyi utama sebagai pemain alat
musik disamping menyanyi, membentuk duo atau trio. Group lainnya memiliki
pemusik tambahan seperti dua rhythm gitar dan atau seorang keyboardist (pemain
kibor). Agak lebih jarang, penggunaan alat musik bersenar seperti biola, cello
atau alat tiup seperti saksofon, trompet atau trombon.
B. Evolusi Musik Rock
Tahun 1950-an - awal 1960-an:
Rock and rol
Classic rock
Progressive rock
Tahun 1970-an:
Psychedelic rock
Hard rock
Punk Rock
Heavy metal
Hardcore punk
Tahun 1980-an:
Alternative rock
Glam metal
Speed metal
Avant-garde metal
Extreme metal/Underground metal:
Thrash metal
Death metal
Black metal
Grindcore
Gothic metal
Doom metal
Industrial metal
Tahun 1990-an:
Grunge
Britpop
Indie rock
Ragam hibrid:
Rap rock
Pop punk
Post-grunge
Nu metal
Tahun 2000-an:
Emo
Sejarah
Musik Blues
Aliran musik vokal daninstrumental
ini berasal dari Amerika Serikat tepatnya lahir dari etnis Afrika-Amerika di
semenanjung Delta Mississippi dan mulai berkembang pesat pada akhir abad 19 M/
sekitar tahun1895. Blues muncul dari musik-musik spiritual dan pujian yang
biasa dilantunkan komunitas kulit hitam asal Afrika di Amerika yang bekerja
sebagai buruh tani, di mana saat mereka bekerja atau istirahat sore hari mereka
selalu melantunkan pujian kepada Allah dan juga lagu-lagu sedih (blues) yang
khas melodi ras Afrika, dan tentu saja dengan lirik-lirik budak yang tertindas
saat itu.
Musik blues
telah terbukti berakar dari tradisi kaum Muslim di Afrika Barat, hal ini telah
di buktikan
oleh Sylviane
Diouf seorang penulis dan ilmuwan serta peneliti pada Schomburg Center for
Research in Black Culture di New York. Untuk membuktikan keterkaitan antara
musik Blues Amerika dengan tradisi kaum Muslim, Diouf memutar dua buah rekaman
di hadapan publik yang hadir di sebuah ruangan Universitas Harvard, yaitu :
- Rekaman
yang berisi lantunan adzan/ panggilan bagi umat Islam untuk melaksanakan
shalat;
- Rekaman
yang berisi lagu Blues lawas yang pertama kali muncul di Delta Mississippi
sekitar 100 tahun lalu yang dikenal dengan nama Levee Camp Holler.lihat video
Levee Camp
Holler bukanlah lagu blues yang terbilang biasa. Lagu itu diciptakan oleh
Muslim kulit hitam asal Afrika Barat yang bekerja di Amerika pasca perang
sipil. Lirik lagu Levee Camp Holler yang diperdengarkan Diouf itu terdengar
seperti panggilan adzan dan berisi tentang keagungan Allah. Seperti halnya
lantunan adzan, lagu itu menekankan kata-kata yang terdengar bergetar. Menurut
Diouf, langgam yang sengau antara lagu Blues Levee Camp Holler yang mirip adzan
juga merupakan bukti adanya hubungan antara keduanya.
Jonathan
Curiel dalam tulisannya bertajuk Muslim Roots, US Blues, mengungkapkan bahwa
publik Amerika perlu berterima kasih kepada umat Islam dari Afrika barat yang
tinggal di Amerika sekitar tahun 1600hingga pertengahan 1800 M, banyak penduduk
kulit hitam dari Afrika barat yang dibawa paksa ke Amerika dan dijadikan budak.
Menurut para
sejarawan sekitar 30% budak dari Afrika barat yang dipekerjakan secara paksa di
Amerika adalah Muslim. Meski oleh tuannya dipaksa untuk menganut Kristen namun
banyak dari mereka tetap menjalankan agama Islam serta kebudayaan asalnya,
mereka melantunkan ayat-ayat Alquran setiap hari.
Sejarah juga
mencatat bahwa para pelaut Muslim dari Afrika barat adalah yang pertama kali
menemukan benua Amerika sebelum Columbus. Jadi secara historis kaum Muslim
telah memberi pengaruh dalam evolusi masyarakat Amerika beberapa abad sebelum
Columbus menemukannya (Fareed H Numan dalam American Muslim History A
Chronological Observation).
Pengaruh
lainnya yang diberikan komunitas kulit hitam yang beragama Muslim di Amerika
terhadap musik blues adalah alat-alat musik yang bisa mereka minkan. Pada
awalnya lagu blues hanya dinyanyikan tanpa iringan instrument, kemudian baru
mereka mempergunakan alat petik gitar sebagai iringan. Pada era perbudakan di
Amerika, orang kulit putih melarang mereka menabuh drum karena khawatir akan
menumbuhkan perlawanan para budak. Namun penggunaan alat musik gesek yang biasa
dimainkan umat Islam dari Afrika diizinkan untuk dimainkan karena mirip biola.
Guru besar Ethnomusikologi dari Universitas Mainz Jerman bernama Prof Gehard
Kubik mengatakan alat musik banjo Amerika juga berasal dari Afrika.
Secara
khusus Prof Kubik menulis buku tentang relasi musik blues dengan peradaban
Islam di Afrika barat berjudul "Africa and the Blues" yang
diterbitkan University Press of Mississippi pada 1999. Secara akademis Prof
Kubik telah membuktikan gaya vokal kebanyakan penyanyi blues menggunakan
melisma, intonasi bergelombang,. Gaya vokal seperti itu merupakan peninggalan
masyarakat di Afrika barat yang telah melakukan kontak dengan dunia Islam sejak
abad ke 7 dan ke 8 M. Melisma menggunakan banyak nada dalam satu suku kata.
Sedangkan
intonasi bergelombang merupakan rentetan dari mayor ke skala minor dan kembali
lagi, hal ini sangat umum digunakan saat kaum Muslim melantunkan adzan dan
membaca Alquran. Lantunan adzan dan ayat-ayat Alquran dari para Muslim kulit
hitam di Amerika mengandung musikalitas. Dalam sebuah jamaah di New Jersey,
ketika berkumpul dan sang imam datang ada ratusan orang melantunkan doa yang
terdengar sangat musikal seperti yang orang Amerika menyebutnya
"Blues". Begitulah tradisi Islam di Amerika telah melahirkan sebuah
aliran musik bernama Blues.
Saat ini
musik blues mempengaruhi perkembangan musik jazz, country dan rock. Dan
perkembangan blues sangat dipengaruhi lingkungan urban maupun desa Amerika,
dimana ras Afrika mendominasi gaya musik blues. Para pemusik blues dan pencipta
blues rata-rata orang kulit hitam Amerika. Musik yang menerapkan blue note dan
pola call and response itu diyakini publik Amerika dipopulerkan oleh WC
Handy (1873-1958) yang dianggap sebagai bapak blues. Lagu Aunt Hagar's
Children dan Saint Louis Blues diterbitkan masing-masing pada tahun 1914-1921.
versi lain:
Blues adalah nama
yang diberikan untuk kedua bentuk musik dan genre musik yang diciptakan
terutama dalam Masyarakat Afrika-Amerika di Deep South Amerika Serikat pada
akhir abad ke-19 dari lagu rohani , lagu kerja , hollers lapangan , teriakan,
dan narasi sederhana berirama balada . The blues di mana-mana... dalam bentuk jazz , R&B , dan rock n roll dicirikan oleh kord progresif
tertentu dengan dua belas bar akord miring progresi yang paling umum dengan
nada miring, mencatat bahwa untuk tujuan ekspresif yang dinyanyikan atau
dimainkan secara bertahap rata atau menekuk (minor 3 untuk 3 major) sehubungan
dengan lapangan dari major scale.
Genre blues didasarkan pada bentuk blues tetapi memiliki karakteristik lain
seperti lirik tertentu, garis bass dan instrumen. Blues dapat dibagi menjadi
beberapa subgenre mulai dari negara untuk blues perkotaan yang lebih atau
kurang populer selama periode yang berbeda dari abad ke-20. Paling dikenal
adalah Delta , Piedmont , dan gaya blues Chicago. Perang Dunia II menandai transisi
dari akustik ke electric blues dan pembukaan progresif musik blues ke khalayak
yang lebih luas. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, terbentuk suatu hibrida yang
disebut revolusi blues rock.
Istilah "blues" mengacu pada "Blues Devil", yang berarti
melankolis dan kesedihan, penggunaan awal istilah dalam pengertian ini
ditemukan pada George Colman s 'satu babak sandiwara Blue Devils (1798). Meskipun penggunaan frasa
dalam musik Amerika Afrika mungkin lebih tua, telah dibuktikan sejak tahun
1912, ketika Hart Wand s '" Dallas Blues "menjadi hak cipta pertama
komposisi blues. Lyrics frasa sering digunakan untuk menggambarkan suasana hati
yang tertekan .
Musik blues berangkat dari musik-musik spiritual dan pujian yang muncul
dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS. Penggunaan nada blue dan penerapan pola call-and-response
(di mana dua kalimat diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan
kalimat keduanya bisa dianggap sebagai "jawaban" bagi kalimat
pertama) dalam musik dan lirik lagu-lagu blues adalah bukti asal usulnya
yang berpangkal di Afrika
Barat. Di era
kini banyak Blues Lovers lahir. Mereka menyimak, belajar, menulis, memainkan,
dan bikin album.
Musik blues mempunyai pengaruh yang besar terhadap musik populer Amerika dan Barat yang baru,
seperti dapat terlihat dalam aliran ragtime, jazz, "blues rock", "electric blues", bluegrass, rhythm and blues, rock and roll, hip-hop, dan country, "reggae", serta musik rock konvensional.
SEJARAH MUSIK ROCK INDONESIA
Musik rock di Indonesia mulai menjejak pada tahun 1970-an. Dan kemunculannya
pun tidak bisa dilepaskan dari para pionir mulai dari Giant Step, God Bless,
Gang Pegangsaan, Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe
Rontek.
Tapi sebelum tahun 1970-an, sebenarnya sudah ada sebuah band bernama The
Rollies, yakni grup band beraliran jazz rock yang dibentuk di Bandung dan menjadi
kebanggaan Kota Kembang pada tahun 1967, bahkan sempat populer hingga awal
1980-an. Para personelnya terdiri dari Bangun Sugito (vokal), Uce F. Tekol
(bas), Jimmy Manoppo (drum), Benny Likumahuwa (trombon), Delly Joko Arifin
(keyboards/vokal), Bonny Nurdaya (gitar), dan Teungku Zulian Iskandar
(saksofon).
The Rollies adalah kelompok rock tertua Indonesia dan termasuk grup yang paling
sering mengalami bongkar pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup yang telah
merintis ke dunia rekaman pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup papan atas
yang disegani penonton Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak yang
menganggap The Rollies sebagai peletak dasar band rock Indonesia yang telah
memberikan kontribusi bagi musik Indonesia masa kini.
Giant Step
Nama Giant Step memang tidak sefenomenal dan melegenda seperti halnya The
Rollies atau God Bless. Meski demikian, grup era 1970-an asal Kota Bandung ini
bisa dikatakan sebagai satu-satunya band rock Indonesia pada masa itu yang
paling tidak suka membawakan lagu-lagu orang lain atau grup lain.
Dengan kata lain, Giant Step merupakan band rock yang berani "melawan
arus" pada masa itu. Ketika band-band rock pribumi lain gemar membawakan
lagu-lagu karya The Beatles, Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purple, Black
Sabbath, atau Grand Funk Railroad, Giant Step justru lebih bangga membawakan
lagu-lagu karya mereka sendiri.
Mereka juga termasuk band rock yang lumayan produktif. Setidaknya ada tujuh
album yang dihasilkan dalam kurun waktu 1975-1985. Tentu bukan hanya itu, Giant
Step pun termasuk dari sedikit band rock pribumi yang berkiblat pada jenis
musik progresif yang pada masa itu lebih sering disebut sebagai art rock,
seperti yang diusung grup-grup Inggris macam King Crimson, Jethro Tull, Pink
Floyd, Gentle Giant, Yes, Genesis, dan ELP (Emerson, Lake, and Palmer). Benny
Soebardja dan Albert Warnerin adalah dua orang yang membidani kelahiran Giant
Step pada awal 1970-an di Bandung, kota yang sering dijuluki sebagai gudangnya
para seniman musik yang kreatif.
God Bless
Setelah The Rollies dan Giant Step, God Bless gantian menyandang predikat
sebagai grup band rock papan atas di Indonesia pada masa itu. Bahkan bisa
dibilang, God Bless adalah raja panggungnya musik Indonesia. God Bless
mendeklarasikan diri sebagai grup band rock pada 5 Mei 1973, dengan formasi
awal Achmad Albar (vokal), Fuad Hassan (drum), Ludwig Lemans (gitar), Donny
Fattah (bas), dan Jockie Soeryoprayogo (keyboards).
Di antara beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step dan The
Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap
mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis, namun aksi
panggung serta skill masing-masing personelnya boleh dibilang di atas
rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing, gaya musik para
personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut tergambar jelas
dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”, yang cukup
banyak terpengaruh sound Genesis.
Selain tidak memiliki gaya bermusik yang solid, keanggotaan God Bless juga bisa
dibilang kurang solid. Sebab, dalam perjalanannya grup ini terhitung sangat
sering gonta-ganti personel. Dari grup ini, nama Ian Antono mulai menarik
perhatian dan menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rock Indonesia.
Grup-Grup Lain
Sebenarnya cukup banyak grup band rock Indonesia yang eksis di tahun 1970-an.
Tapi, lagu-lagu yang dimainkan di era itu kebanyakan bukanlah lagu karya mereka
sendiri, melainkan milik band-band luar negeri, misalnya lagu milik Deep
Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas,
Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif itu kemudian melahirkan
beberapa band Indonesia yang namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut
saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi
Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta).
Lalu, sejak awal tahun 1980-an, musik rock agak sedikit “terlupakan” lantaran
booming-nya musik thrash metal di kalangan anak-anak muda, bahkan di seluruh
dunia. Sejak saat itu, mulailah bermunculan warna-warna baru dalam musik rock
dengan sound yang lebih garang, speed menonjol, lengkingan vokal yang tinggi,
dan distorsi gitar yang lebih tebal, seiring dengan majunya perangkat efek
gitar dan teknologi sound system-nya.
Pada Era 1980-an hingga 1990-an akhirnya muncul mazhab-mazhab musik heavy
metal, hard rock, dan speed metal. Penampilan-penampilan musisi pada era ini
tergolong "gila". Bahkan para fans-nya juga membuat geng-geng guna
mendukung grup band-nya masing-masing, dan ini menjadi cikal bakal seringnya
tawuran di saat live music. Pada era ini pula mulai ada fans yang melakukan
head banger alias mengibaskan rambut yang gondrong atau menggoyang-goyang
kepala sambil mengikuti beat lagu, disertai salam metal tiga jari (yang
kemudian salam ini dipakai oleh salah satu partai di Indonesia).
Meski band-band rock di tahun 1980-an sedikit terlindas oleh roda musik heavy
metal, tidak demikian halnya dengan musisi rock solo. Sebab, pada tahun 1985,
muncul nama Nicky Astria dengan albumnya, “Jarum Neraka”, yang
digarap bersama Ian Antono. Album itu ternyata laris di pasaran hingga
terjual di atas 250 ribu kaset. Album “Jarum Neraka” itu disebut-sebut sebagai
album rock Indonesia pertama yang mampu menyaingi album lagu pop dalam
mendobrak angka penjualannya. BASF Awards menganugerahi album ini sebagai album
rock terlaris di tahun yang sama.
Roxx, Sebuah Kegairahan Baru
Pada tahun 1980-an juga di Indonesia muncul sebuah kegairahan baru dalam musik
rock. Sebuah grup band bernama Roxx dianggap sebagai icon kegairahan baru tadi.
Roxx adalah grup cadas era 80-an yang pernah menjadi fenomen pada masanya.
Mereka pun dianggap sebagai grup yang paling beruntung karena dengan mudah bisa
melakukan rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Kemudahan itu
bisa mereka raih setelah menjadi salah satu finalis “Festival Rock Se-Indonesia
ke-V”. Bagi Roxx, mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang
terlalu muluk pada saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di
radio saja mereka sudah bahagia.
Saat itu, stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock atau metal
adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya, dan Radio SK. Dari beberapa radio
tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Sebab, mereka
punya program bernama “Rock N’ Rhythm” yang mengudara setiap Rabu malam dari
pukul 19.00 – 21.00 WIB.
Pada era 1980-an pula para pencinta musik rock mencicipi masa-masa kejayaan di
seluruh Indonesia. Tetapi kejayaan itu tidak bertahan lama lantaran para fans
masing-masing band yang memiliki geng-geng-nya sendiri-sendiri mulai bersikap
anarkis dan mau menang sendiri. Mereka ingin diakui sebagai geng yang terkuat,
terbesar, dan anggotanya terbanyak. Sejak saat itu mulailah setiap pentas musik
rock diwarnai dengan tawuran, kekacauan, bahkan sampai menimbulkan korban
jiwa.
Musik Independen
Memasuki era 1990-an, muncul gerakan baru dalam industri musik Indonesia yang
independen. Gerakan ini muncul karena begitu banyaknya artis dan grup yang tak
berhasil menembus perusahaan rekaman besar atau major label. Gerakan independen
ini muncul juga karena para pemusik tak rela kreativitasnya diutak-atik dan
didikte oleh perusahaan-perusahaan rekaman yang besar.
Gerakan independen ini digagas oleh kelompok rock asal Bandung, PAS Band, yang
bergerilya memasarkan album mereka sendiri. Ternyata, usaha PAS Band berbuah
sukses. Gerakan independen ini pun tak hanya berhenti di situ, malah terus
merambah ke mana-mana. Beberapa grup musik independen ini malah melakukan
terobosan pasar secara internasional, seperti yang telah dilakukan oleh
kelompok Tengkorak, Discus, dan Mocca.
Begitu riuh dan dinamis adegan musik Indonesia saat ini. Semakin yakinlah kita
bahwa musik Indonesia masih tetap bernapas, masih tetap menggeliat walaupun
didera pelbagai kendala.
SEJARAH MUSIK DANGDUT
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di
Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam
evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik
India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi).
Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya
pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan
juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah
matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat
terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam,
degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.
Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan
tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh
bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah
artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di
kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.
Berikut adalah nama-nama beberapa tokoh penyanyi dan pencipta lagu dangdut
populer yang dibagi dalam tiga kelompok kronologis, sesuai dengan perkembangan
musik dangdut:
Pra-1970-an
- Husein Bawafie
- Munif Bahaswan
- Ellya
- M. Mashabi
- Johana Satar
- Hasnah Tahar
1970-an
- A. Rafiq
- Rhoma Irama
- Elvy Sukaesih
- Mansyur S.
- Mukhsin Alatas
- Herlina Effendi
- Reynold Panggabean
- Camelia Malik
- Ida Laila
Setelah 1970-an
- Vetty Vera
- Nur Halimah
- Hamdan ATT
- Meggy Zakaria
- Iis Dahlia
- Itje Tresnawaty
- Evi Tamala
- Ikke Nurjanah
- Kristina
- Cici Paramida
- Dewi Persik
- Inul Daratista
- dll
Dangdut dalam budaya kontemporer Indonesia
Oleh Rhoma Irama, dangdut dijadikan sebagai alat berdakwah, yang jelas terlihat
dari lirik-lirik lagu ciptaannya dan dinyatakan sendiri olehnya. Hal inilah
yang menjadi salah satu pemicu polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun
2003 akibat protesnya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur,
Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak
moral".
Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan
pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan
muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai
terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan
misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan.
Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi
kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya.
Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang
sensasional tidak terlepas dari nafas ini.
Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan
kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga
menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar,
menyanyi lagu dangdut.
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan
berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut
dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan
mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus
memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio
siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah
ditemui di berbagai kota.
Interaksi dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang
lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang
didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus
cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon
sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.
Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut.
Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung,
tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari
yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.
Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap
bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari
film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah
"bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.
Bangunan lagu
Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara
mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar
tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut
dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh: Burung
Nuri). Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni.
Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan
sinkop.
Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling,
selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat
mencapai delapan birama. Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau
tanpa pengulangan. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris
permainan jeda. Bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu,
situasi yang dihadapi sang penyanyi.
Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan
bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian
kedua biasanya terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik. Bagian kedua
biasanya sepanjang dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda
tanpa lirik. Di akhir bagian kedua kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat
birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang
digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk
menjawab situasi itu.
Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga akhir. Lagu dangdut
diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut diakhiri
dengan fade away.'
Sejak abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok da Mesir ada musik yang mempunyai bentuk tertentu. Dengan mendapat pengaruh dari Mesir dan Babilon, berkembanglah musik Hibrani yang dikemudian hari berkembang menjadi musik Gereja. Musik itu kemudian disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik yang mengembara serta menyanyikan lagu yang dipakai pada upacara Gereja. Musik itu tersebar di seluruh Eropa kemudian tumbuh berkembang, dan musik instrumental maju dengan pesat setelah ada perbaikan pada alat-alat musik, misalnya biola dan cello. Kemudian timbulah alat musik Orgel. Komponis besar muncul di Jerman, Prancis, Italia, dan Rusia. Dalam abad ke 19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang. Oleh karena itu perkembangan musik pecah menurut kebangsaannya masing-masing, meskipun pada permulaannya sama-sama bergaya Romantik. Mulai abad 20, Prancis menjadi pelopor dengan musik Impresionistis yang segera diganti dengan musik Ekspresionistis.
A.Perkembangan Musik Dunia
Musik sudah ada sejak Zaman purbakala dan dipergunakan sebagai alat untuk mengiringi upacara-upacara kepercayaan. Perubahan sejarah musik terbesar terjadi pada abad pertengahan,disebabkan terjadinya perubahan keadaan dunia yang makin meningkat. Musik tidak hanya dipergunakan untuk keperluan keagamaan, tetapi dipergunakan juga un tuk urusan duniawi
PERKEMBANGAN MUSIK DUNIA TERBAGI DALAM ENAM ZAMAN :
1.Zaman Abad Pertengahan
Zaman Abad Pertengahan sejarah kebudayaan adalah Zaman antara berakhirnya kerajaan Romawi (476 M) sampai dengan Zaman Reformasi agama Kristen oleh Marthen Luther (1572M). perkembangan Musik pada Zaman ini disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan dunia yang semakin meningkat, yang menyebabkan penemuan-penemuan baru dalam segala bidang, termasuk dalam kebudayaan. Perubahan dalam sejarah musik adalah bahwa musik tedak lagi dititikberatkan pada kepentingan keagamaan tetapi dipergunakan juga untuk urusan duniawi, sebagai sarana hiburan.
Perkembangan selanjutnya adalah adanya perbaikan tulisan musik dan dasar-dasar teori musik yang dikembangkan oleh Guido d’ Arezzo (1050 M)
Musik dengan menggunakan beberapa suara berkembang di Eropa Barat. Musik Greogrian disempurnakan oleh Paus Gregorius.
Pelopor Musik pada Zaman Pertengahan adalah :
1. Gullanme Dufay dari Prancis.
2. Adam de la halle dari Jerman.
2. Zaman Renaisance (1500 – 1600)
Zaman Renaisance adalah zaman setelah abad Pertengahan, Renaisance artinya Kelahiran Kembali tingkat Kebudayaan tinggi yang telah hilang pada Zaman Romawi. Musik dipelajari dengan cirri-ciri khusus, contoh nyanyian percintaan, nyanyian keperwiraan. Sebaliknya musik Gereja mengalami kemunduran. Pada zaman ini alat musik Piano dan Organ sudah dikenal, sehingga munculah musik Instrumental. Di kota Florence berkembang seni Opera. Opera adalah sandiwara dengan iringan musik disertai oloeh para penyanyinya.
Komponis-komponis pada Zaman Renaisance diantaranya :
2. Galilei (1533 – 1591) dari Italia.(tidak ada pict)
3. Zaman Barok dan Rokoko
Kemajuan musik pada zaman pertengahan ditandai dengan munculnya aliran-aliran musik baru, diantaranya adalah aliran Barok dan Rokoko. Kedua aliran ini hamper sama sifatnya, yaitu adanya pemakaian Ornamentik (Hiasan Musik). Perbedaannya adalah bahwa musik Barok memakai Ornamentik yang deserahkan pada Improvisasi spontan oleh pemain, sedangkan pada musik Rokoko semua hiasan Ornamentik dicatat.
Komponis-komponis pada Zaman Barok dan Rokoko :
Lahir tanggal 21 Maret 1685 di Eisenach Jerman, meninggal tanggal 28 Juli 1750 di Lipzig Jerman. Hasil karyanya yang amat indah dan terkenal:
1. St. Mathew Passion.
2. Misa dalam b minor.
3. 13 buah konser piano dengan orkes
4. 6 buah Konserto Brandenburg
Gubahan-gubahannya mendasari musik modern. Sebastian Bach menciptakan musik Koral (musik untuk Khotbah Gereja) dan menciptakan lagu-lagu instrumental.
Pada akhir hidupnya Sebastian Bach menjadi buta dan meninggal di Leipzig
Lahir di Halle Saxony 23 Februari 1685 di London, meninggal di London tanggal 14 April 1759. Semasa kecilnya dia sudah memperlihatkan bekat keahlian dalam bermain musik. Pada tahun 1703,ia pindah ke Hamburg untuk menjadi anggaota Orkes Opera. Tahun 1712 ia kembali mengunjungi Inggris. Hasil ciptaannya yang terkenal adalah ;
1. Messiah, yang merupakan Oratorio (nama sejenis musik) yang terkenal.
2. Water Musik (Musik Air).
3. Fire Work Music (Musik Petasan).
Water Musik dan Fire Work Music merupakan Orkestranya yang paling terkenal. Dia meninggal di London dan dimakamkan di Westminster Abbey.
4. Zaman Klasik 91750 – 1820)
Sejarah musik klasik dimukai pada tahun 1750, setelah berakhirnya musik Barok dan Rokoko.
Ciri-ciri Zaman musik Klasik:
a. Penggunaan dinamika dari Keras menjadi Lembut, Crassendo dan Decrasscendo.
b. Perubahan tempo dengan accelerando (semakin Cepat) dan Ritarteando (semakin lembut).
c. Pemakaian Ornamentik dibatasi
d. Penggunaan Accodr 3 nada.
Masa sebelum masuknya pengaruh Hindu – Buddha
Pada masa ini, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Instrumen atau alat musik yang digunakan umumnya berasal dari alam sekitarnya.
Masa setelah masuknya pengaruh Hindu- Buddha
Pada masa ini, berkembanglah musik – musik istana (khususnya di jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan – kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan. Musik gamelan terdiri dari 5 kelompok, yaitu: kelompok balungan, kelompok blimbingan, kelompok pencon, kelompok kendang,dan kelompok pelengkap.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam
Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus & rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di Tanah Air ( Indonesia ) hingga saat ini.
Masa Kolonialisme
Masuknya bangsa Barat ke Indonesia juga membawa pengaruh besar dalam perkembangan musik Indonesia. Para pendatang ini memperkenalkan berbagai alat musik dari negeri mereka, misalnya biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Mereka pun membawa sistem solmisasi dalam berbagai karya lagu. Itulah masa- masa perkembangan musik modern Indonesia. Saat itu, para musisi Indonesia menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik barat dan musik Indonesia. Sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.
Masa Kini
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia, masukpula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, dan R&B. demikian pula dengan music – musik negeri India yang banyak dibawa melalui film- filmnya. Dari perkembangan ini, terjadi perpaduan antara musik asing dengan musik Indonesia. Musik India mengalami perpaduan dengan musik melayu sehingga menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncul pula berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini
Prasejarah Musik Indonesia sejak ribuan tahun yang lalu ternyata perkembangan musik Indonesia sudah ada, sehingga musik itu dikatakan telah melampaui batas bahasa, kebudayaan bahkan agama. Bagi orang barat, India sering disamakan dengan Indonesia. Mereka menyebut India dengan Indie (Nedherland-Oost) yang maksudnya Indonesia.
Anggapan semacam itu mengakibatkan kekayaan alat seni maupun kesenian di Indonesia tidak diperhitungkan oleh bangsa lain, terutama waktu penjajahan Belanda masih bercokol di bumi Indonesia.
Khasanah seni di Indonesia adalah sangat kaya dan bermutu tinggi dan dapat disejajarkan dengan seni klasik di negeri yang berkembang.
A. Jaman Prasejarah (sebelum abab 1 Masehi)
Ternyata prasejarah Indonesia belum banyak diteliti dengan kata lain diselidiki oleh para arkeolog , sejarawan atau yang lain. Padahal justru waktu antara tahun kira-kira 2500 Sebelum Masehi dan abad ke-1 Masehi menemukan perkembangan kebudayaan termasuk musik sampai saat ini.
Menurut Alec Robertson dan Denis Stevens (penulis buku Geschichte der Musik 1 dari Munchen, Germany), pada jaman Mesolitikum kira-kira tahun 5000 Sebelum Masehi di Asia Tenggara terdapat 3 ras besar: orang Australide (penduduk asli), orang Melanesia (berasal dari Asia Tengah) dan orang Negrito (mungkin dari India).
Lapisan bawah ini di tumpangi lapisan baru dengan dua arus imigrasi besar :
1. Imigrasi Pra-Melayu
Antara tahun 2500 dan 1500 Sebelum Masehi kiranya terjadi suatu perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia Tenggara.
Dalam perjalanannya mereka mengutip juga unsur dari Kaukasus dan Mongolia.
Mereka membawa serta kebudayaan bambu serta teknik pengolahan lading. Terutama di Annam (Cina Selatan) mereka memperkenalkan semacam lagu pantun dimana putra dan putri bernyanyi dengan cara sahut menyahut.
Mereka memakai sebuah alat tiup bernama Khen terdiri dari 6 batang bambu yang ditiup bersama dalam kelompok d atau 3 nada. Alat ini dikenal pula di CinaSheng dan di Kalimantan dengan nama Kledi. dengan nama
Alat ini hanya merupakan salah satu alat dari sejumlah besar alat musik bambu yang sampai sekarang terdapat di Asia Tenggara. Sejumlah batang bambu dengan ukuran yang berbeda-beda di tanam di tanah. Tiupan angin menimbulkan bunyi bagaikan Kledi raksasa yang cukup indah (terdapat di Bali sampai sekarang).
Alat musik bambu lain seperti suling, angklung dan lain sebagainya. Telah mengalami suatu proses perkembangan pada waktu kemudian. Seperti xylofonAsia Tenggara dalam bentuk berbeda-beda: sebagai’tatung’ di Annam, ‘rangnat’ di Kamboja, ‘ranat’ di Thailand, ‘pattalar’ di Birma, ‘gambang’ di Jawa, ‘kolintang’ di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon malah diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika pada abad 5 Masehi. yang tersebar diseluruh
2. Imigrasi Proto-Melayu pada jaman perunggu (abad 4 Sebelum Masehi)
Menurut para ahli sejarah terjadi lagi suatu gelombang imigrasi ke Indonesia di sekitar abad 4 Sebelum Masehi berpangkal dari suatu daerah Cina SelatanAnnam. Menurut R. von Heine-Geldern perpindahan suku-suku dari daerah tersebut lewat Kamboja, Laos, Thailand, Malaysia ke Indonesia dan berjalan terus ke Filipina, Melanesia dan Polynesia. Hal ini dibuktikan pula oleh P. Wilhelm Schmidt (1868-1954) yang menemukan bahwa para penduduk Indonesia, Melanesia dan Polynesia berdasarkan satu bahasa yang sama (yang memang kemudian berkembang sendiri-sendiri). Teori ini pada jaman sekarang didukung oleh hampir semua ahli sejarah. bernama
Karena ini terjadi pada zaman perunggu maka kedatangan mereka mempengaruhi juga kebudayaan musik.
Diperkirakan bahwa gong-gong pertama berasal pula dari Asia Selatan, karena di dekat Annam, pada tahun 1930-an ditemukan banyak sekali alat dari perunggu, sehingga terbukti bahwa dari sinilah kebudayaan perunggu tersebar tidak hanya ke Indonesia tetapi ke seluruh Asia Tenggara.
Maka kebudayaan ini juga disebut “kebudayaan Dong-son”. Kebudayaan ini berlangsung dari abad 7-1 Sebelum Masehi dan mencapai puncaknya pada abad 3-2 Sebelum Masehi.
Bagaimana dengan musik dalam kebudayaan Dong-son? Kita tidak tahu apa-apa tentang musik mereka. Diperkirakan bahwa gong mereka berukuran besar, maka musiknya berat.
Menurut ahli sejarah tertentu tangga nada Pelog ikut dibawa ke Indonesia oleh kelompok Proto-Melayu. Menurut Alec Robertson dan Denis StevensPelog mula-mula tersebar di seluruh Asia Tenggara, namun kemudian terutama dipelihara di Jawa dan Bali. Karena tidak ada catatan maka tidak dapat diketahui teori musik yang melatarbelakangi tangga nada yang unik ini. tangga nada
Gong-gong yang dibawa oleh Proto-Melayu dari Cina Selatan ke IndonesiaJawa. Rupa-rupanya mula-mula dipakai untuk upacara mendatangkan hujan secara magig (mistik). ternyata ditemukan dalam penggalian di
Pengaruh dari kebudayaan Dong-son ke Indonesia tidak berarti bahwa di Indonesia waktu itu tidak terdapat kebudayaan sendiri, tetapi terjadilah suatu perkembangan : benda-benda dari perunggu dan besi yang masuk “kasalisator”: meski sebelumnya di Indonesia diperkirakan tidak ada perunggu (timah dan kuningan), namun kemudian terbukti bahwa orang Jawa waktu abad-abad pertama Masehi menjadi ahli dalam hal mengolah logam, terutama perunggu.
B. Jaman Sejarah (Hindu-abad 4-12)
Suatu ‘revolusi’ terjadi pada abad 1 Sebelum Masehi di waktu dibuat kapal besar-besar di teluk PersiaLaut Cina. Maka lalu lintas ke Indonesia pun menjadi intensif (sebelumnya diperkirakan lalu lintas terjadi terutama lewat daratan). Terutama pedagang India mendatangi daerah-daerah Indonesia sejak abad 2 dan 3 Masehi untuk perdagangan. Maka pengaruh India di Indonesia dan tambah besar, baik dari segi perdagangan dan politik maupun agama dan kebudayaan.
Dari dokumen-dokumen dan penemuan nampak bahwa agama Budha masuk kepulauan IndonesiaSumatera pada awal abad 7 Masehi dalam kerajaan Sriwijaya dan kemudian di Jawa dengan kerajaan Syailendra (750-850 Masehi). Pengaruh kebudayaan India mencapai puncaknya dari pertengahan abad 8 Masehi sampai abad 11 Masehi dimana fase kreativitas yang sangat tinggi. Pada masa itu berkembanglah kebudayaan Jawa berupa musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada waktu itu dibangunlah Candi Borobudur dan Candi PrambananIndonesia dari masa lalu sampai sekarang. pada abad 4 Masehi. Mereka mendirikan pusatnya di pulau yang menjadi kebanggaan bangsa
Selain tangga nada Pelog dipakai juga tangga nada Slendro yang bentuk dan rupanya diperkenalkan oleh Dinasti Syailendra pada abad 8 Masehi. Menurut cerita tangga nada ini ditemukan oleh dewa Barata Endra atas petunjuk dewa Shiva. Merurut teori, satu oktaf dibagi dalam 5 interval yang sama (6/5 dari sekon besar). Namun ternyata tidak selalu demikian. Malah dalam penggalian di JawaCina dan musik India. ditemukan alat-alat kuno dengan tangga nada yang mirip dengan tangga nada pentatonic (dengan interval sekon-sekon dan terts kecil), sama halnya dengan tangga nada
Perkembangan musik sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa Sansekerta Ramayana. Drama ini diterjemakan dan diolah bebas dalam banyak bahasa di Asia Tenggara. Pementasan dari fragmen-fragmen drama ini sangat disukai. Sesudah abad 9 Masehi terdapat terjemahan dalam bahasa Jawa dan paling sedikit sejak abad 11 Masehi dipentaskan di Jawa. Selain Pementasan tari berkembanglah pula versi wayang, suatu tradisi yang nampaknya berasal dari jaman pra-Hindu.
Waktu orang Hindu datang ke Jawa, maka mereka telah menemukan bermacam-macam alat musik. Dalam relief pada Borobudur terdapat alat musik local maupun alat musik yang diimpor dari India seperti gendamg, termasuk gendang dari tanah dengan kulit hanya di satu sisi, kledi, suling, angklung, alat tiup (semacam hobo), xylofon (bentuknya setengah gambang, setengah calung), sapeq, sitar dan harpa dengan 10 dawai, lonceng dari perunggu dalam macam-macam ukuran, gong, saron, bonang. Tidak dapat disangkal bahwa alat musik mula-mula dimainkan menurut kebiasaan India.
Selain itu dari penggalian-penggalian di Jawa Tengah telah ditemukan sejumlah besar kumpulan bonang, nada-nada gender dan saron, lonceng, gendang, gong-gong, namun tidak jelas dari abad berapa. Tidak semua alat musik tersebut di atas bertahan di Jawa dalam perkembangan waktu selanjutnya. Namun nampak bahwa alat musik ini telah dipakai sebelum jaman Hindu. Perlu diketahui bahwa musik gamelan sebagai musik herefon dengan pola ritme yang kaya, keindahannya terletak justru dalam bunyi bersama dari lagu dan irama yang saling melengkapi menjadi satu ‘simfoni nada dan irama’. Sedangkan musik India termasuk musik solotis (vocal maupun instrumental) meskipun dimainkan juga dalam ansambel sebagai iringan. Namun aneka ragam alat musik di India tidak digabungkan dalam satu orkes, untuk memberi kebebasan pada penyanyi dan pemain.
Bahwa seni musik sejak dulu di Jawa mendapat suatu penghargaan tinggi, dapat disimpulkan dari banyaknya gambar alat musik dalam relief-relief dari jaman itu serta dari naskah-naskah kuno yang rajin menyebut nama alat musik dan sebagainya. Jadi Gamelan sebagai orkes mengalami suatu perkembangan alat musik yang berasal dari India diintergrasikan ke dalam musik tradisional Jawa: gong-gong dalam macam-macam bentuk dan ukuran, gambang ditambah sejumlah alat lain yang sebagian ditinggalkan dalam perkembangan jaman. Bahwa terjadilah suatu perkembangan musik gamelan (sampai sekarang) membuktikan betapa tinggi musik ini hingga tidak ada bandingnya di Negara lain di Asia Tenggara.
Pada masa abad 11 pusat politik pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur dengan Kerajaan Airlangga yang berhasil menaklukkan seluruh Jawa (1037), Setelah itu dilanjutkan oleh kerajaan Singasari pada abad 13. Wilayah kekuasaan sampai Kerajaan Majapahit (didirikan oleh Raden Wijaya dengan patihnya yang tersohor Gajah Mada). Dengan patihnya Gajah Mada pada tahun 1350-1389 merupakan puncak kejayaan Majapahit dengan Pemerintahan Hayam Wuruk. Seluruh kepulauan (termasuk kerajaan Sriwijaya) masuk dalam wilayah Nusantara (itu nama wilayah kerajaan Majapahit di luar pulau Jawa).
Maka tidak mengherankan bahwa pada waktu itu pun gong yang di Jawa di bawa ke seluruh Nusantara.
Namun itu tidak berarti bahwa semua pulau memakai juga musik gamelan. Meskipun tangga nada Pelog dikenal juga di daerah lain, namun umumnya musik di luar Jawa dan Bali mengikuti pola lain: ritmik yang kaya serta melodic yang agak sederhana berdasarkan tangga nada pentatonic tanpa setengah nada (pentatonic anhemitonis) adalah ciri khasnya.
Pada akhir jaman Hindu gamelan sudah lengkap seperti jaman sekarang. Hanya satu alat belum ada: rebab. Meskipun demikian, menurut Jaap Kunst belum tentu semua alat dimainkan selalu bersama-sama. Mungkin sekali terdapat suatu ansambel dengan alat musik lembut yang terutama dipakai di dalam ruang dengan gender, gambang dan suling.
Selain itu terdapat ansambel dengan alat musik keras dengan gendang, cymbal (di Jawa sudah tidak ada), macam-macam gong yang dipakai terutama diluar gedung untuk pesta dan pawai. Ansambel alat yang keras seperti di Jawa terdapat terdapat pula di pulau-pulau lain misalnya di Nias dan Flores Barat.
Gamelan Munggang, ansambel orkes gamelan tertua, ternyata merupakan ansambel macam ini juga.
Menurur Kurst, kedua ansambel baru digabung menjadi satu orkes gamelan sesudah jaman Hindu.
Dan inipun terjadi dalam perkembangan waktu.
1389 – 1520 merupakan jaman kemunduran dan kehancuran kerajaan Majapahit. Sementara itu di Malaka terjadi perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa sampai Sumetera.
1511 Malaka direbut Portugis dan masuk pula ke Kepulauan Maluku(1522). Sementara itu di Jawakerajaan Demak, Kerajaan Islam (1500-1546). berdiri
Kesultanan Demak menguasai seluruh Jawa dan sebagian besar kepulauan di luar Jawa.
Bersama dengan agama Islam masuk ke Indonesia pula alat musik Arab: misalnya rebana, rebab, gambus.
Namun alat musik ini berkembang di Indonesia : berbedalah bentuk dan cara bermain rebab: di Jawa,Bali, Sulsel, Sumba (di Sumba rebab ini disebut ‘dunggak roro’) dengan dua dawai; di Sumatera, Kalimantan, Sulut dan Maluku dengan satu dawai; di Aceh dengan tiga dawai.
Berbedalah pula nama rebana: terbang, trebang, robana, rabana. Sedangkan gambus {sejenis gitar/mandolin) biasanya dilengkapi dengan alat seperti biola, akordeon, gendang, seruling, bas menjadi orkes gambus. Dengan kata lain: alat musik ini mengalami suatu proses pengintegrasian ke dalam tradisi musik Indonesia.
C. Jaman Modern / Masa Kini
Banyak tema legu dalam bermusik. Sehingga karya para musisi terdahulu masih enak dan layak di perkembangan dunia musik modern yang semakin meningkat telah merambah berbagai aspek kehidupan masyarakat serta berkesinambungan dari generasi ke generasi sehingga telah menghasilkan begitu banyak karya yang patut di banggakan. Pesatnya kemajuan industri musik di tanah air pada saat ini di imbangi dengan banyak bermunculannya insan – insan musik yang mendatangkan angin segar bagi industri tersebut. Seperti halnya dunia film, dunia musik juga mempunyai pasar serta penggemar yang banyak dengan aliran musik yang di anutnya, maka berlombalah grup grup musik, duo, maupun solo untuk meniru. Dengan banyak bermunculannya pendatang baru di dunia musik, maka banyak pula karya- karyaserya penghargaan – penghargaantentang musik yang sudah di hasilkan. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu ditingkatkan dandikembangkan bakat generasi muda Indonesia di bidang musik, khususnya mengenai sejarah, perkembangan serta pengetahuan tentang dunia musik yang sifatnya universal tersebut. Selain itu mereka juga diharapkanmampu untuk memperkenalkan karya – karyake kancah nasional maupun internasional, sebagai hal yang patutdibanggakan, dikembangkan, dipertahankan serta di lstarikankeberadaannya. Mengingat untuk perkembangan dunia musik modern itu sendiri di Indonesia belum ada wadah yang dapat memberi informasi yang akurat tentang segala hal tentang dunia musik moderndi Indonesia. Sedangkan fasilitas untuk mleakukan pelestarian terhadap karya- karya serta penghargaan musik tersebut belum benar – benar ada. Oleh karena itu diharapkan adanya suatu wadah yang dapat menampung karya, penghargaan, minat serta aspirasi yang dapat meningkatkan informasi dan pengetahuan tentang musik modern yang merupakan salah satu warisan khasanah budaya Indonesia.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
Seiring dengan masuknya media elektronik ke Indonesia,masuk pula berbagai jenis musik barat, seperti pop, jazz, blues, rock, R&B dan musik- musik negeri India yang banyak diperkenalakan melalui film-filmnya. Dari perkembangan ini, terjadilah perpaduan musik asing dengan musik Indonesia. Musik India juga berpadu dengan musik melayu yang kemudian menghasilkan jenis musik dangdut. Maka, muncullah berbagai musisi Indonesia yang beraliran pop, jazz, blues, rock, dan R&B. Berkembang pula jenis musik yang memadukan unsur kedaerahan Indonesia dengan unsur musik barat, terutama alat- alat musiknya. Jenis musik ini sering disebut musik etnis.
Ragam musik di Indonesia dapat dibedakan atas musik tradisi, musik keroncong, musik dangdut, musik perjuangan, dan musik pop.
1. Musik Daerah/Tradisional
Ciri khas jenis musik ini terletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yaitu syair dan melodinya menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Musik jenis ini terdiri dari :
1. Instrumen Musik Perkusi.
Antara lain : Gamelan, Talempong, Kulintang, Arumba dan Kendang.
2. Instrumen Musik Petik
Antara lain : Kecapi, Sasando dan Sampek.
3. Instrument Musik Gesek
Antara lain : Rebab dan Ohyan.
4. Instrument Musik Tiup
Antara lain : Suling, Saluang, Serunai, dan Serompet atau Tarompet.
2. Musik Keroncong
Ciri musik jenis ini adalah pada harmoni musik dan improvisasi yang sangat terbatas. Umumnya lagu-lagunya memiliki bentuk dan susunan yang sama. Syair- syairnya terdiri atas beberapa kalimat (umumnya 7 kalimat) yang diselingi dengan permainan alat musik.
3. Musik Dangdut
Ciri khas musik ini terletak pada pukulan alat musik tabla (sejenis alat musik perkusi yang menghasilkan bunyi ndut) dan iramanya yang ringan, sehingga mendorong penyanyi dan pendengarnya untuk mengerakkan anggota badannya.
4. Musik Perjuangan
Ciri khas dari musik ini terletak pada syair- syairnya yang umumnya berisi ajakan untuk berjuang, ajakan untuk berkorban demi tanah air, dan sejenisnya. Irama musiknya cepat dan semangat, serta diakhiri dengan semarak.
5. Musik Populer (pop)
Musik ini memiliki ciri, dalam penggunaan ritme yang terasa bebas dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bas. Biasanya, para musisinya juga menambahkan variasi gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan penghayatan pendengar atau penikmatnya. Musik pop dibedakan menjadi musik pop anak- anak dan musik pop dewasa.
SEJARAH MUSIK ROCK MANCA NEGARA
Musik rock adalah genre musik populer yang mulai diketahui secara umum pada pertengahan tahun 50an. Akarnya berasal dari rhythm and blues, musik country dari tahun 40 dan 50-an serta berbagai pengaruh lainnya. Selanjutnya, musik rock juga mengambil gaya dari berbagai musik lainnya, termasuk musik rakyat (folk music), jazz dan musik klasik.
Bunyi khas dari musik rock sering berkisar sekitar gitar listrik atau gitar akustik, dan penggunaan back beat yang sangat kentara pada rhythm section dengan gitar bass dan drum, dan kibor seperti organ, piano atau sejak 70-an, synthesizer. Disamping gitar atau kibor, saksofon dan harmonika bergaya blues kadang digunakan sebagai instrumen musik solo. Dalam bentuk murninya, musik rock "mempunyai tiga chords, bakcbeat yang konsisten dan mencolok dan melody yang menarik".
Pada akhir tahun 60-an dan awal 70-an, musk rock berkembang menjadi beberapa jenis. Yang bercampur dengan musik folk (musik daerah di amerika) menjadi folk rock, dengan blues menjadi blues-rock dan dengan jazz, menjadi jazz-rock fusion. Pada tahun 70an, rock menggabungkan pengaruh dari soul, funk, dan musik latin. Juga di tahun 70an, rock berkembang menjadi berbagai subgenre (sub-kategori) seperti soft rock, glam rock, heavy metal, hard rock, progressive rock, dan punk rock. Sub kategori rock yang mencuat ditahun 80an termasuk New Wave, hardcore punk dan alternative rock. Pada tahun 90an terdapat grunge, Britpop, indie rock dan nu metal.
Sebuah kelompuk pemusik yang mengkhususkan diri memainkan musik rock dijuluki rock band atau rock group (grup musik rock). Rock group banyak yang terdiri dari pemain gitar, penyanyi utama (lead singer), pemain gitar bass, dan drummer (pemain drum), membentuk sebuah quartet. Beberapa group menanggalkan satu atau dua posisi di atas dan/atau menggunakan pennyanyi utama sebagai pemain alat musik disamping menyanyi, membentuk duo atau trio. Group lainnya memiliki pemusik tambahan seperti dua rhythm gitar dan atau seorang keyboardist (pemain kibor). Agak lebih jarang, penggunaan alat musik bersenar seperti biola, cello atau alat tiup seperti saksofon, trompet atau trombon.
B. Evolusi Musik Rock
Classic rock
Progressive rock
Hard rock
Punk Rock
Heavy metal
Hardcore punk
Glam metal
Speed metal
Avant-garde metal
Extreme metal/Underground metal:
Thrash metal
Death metal
Black metal
Grindcore
Gothic metal
Doom metal
Industrial metal
Britpop
Indie rock
Pop punk
Post-grunge
Nu metal
Genre blues didasarkan pada bentuk blues tetapi memiliki karakteristik lain seperti lirik tertentu, garis bass dan instrumen. Blues dapat dibagi menjadi beberapa subgenre mulai dari negara untuk blues perkotaan yang lebih atau kurang populer selama periode yang berbeda dari abad ke-20. Paling dikenal adalah Delta , Piedmont , dan gaya blues Chicago. Perang Dunia II menandai transisi dari akustik ke electric blues dan pembukaan progresif musik blues ke khalayak yang lebih luas. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, terbentuk suatu hibrida yang disebut revolusi blues rock.
Istilah "blues" mengacu pada "Blues Devil", yang berarti melankolis dan kesedihan, penggunaan awal istilah dalam pengertian ini ditemukan pada George Colman s 'satu babak sandiwara Blue Devils (1798). Meskipun penggunaan frasa dalam musik Amerika Afrika mungkin lebih tua, telah dibuktikan sejak tahun 1912, ketika Hart Wand s '" Dallas Blues "menjadi hak cipta pertama komposisi blues. Lyrics frasa sering digunakan untuk menggambarkan suasana hati yang tertekan .
Musik blues berangkat dari musik-musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS. Penggunaan nada blue dan penerapan pola call-and-response (di mana dua kalimat diucapkan/dinyanyikan oleh dua orang secara berurutan dan kalimat keduanya bisa dianggap sebagai "jawaban" bagi kalimat pertama) dalam musik dan lirik lagu-lagu blues adalah bukti asal usulnya yang berpangkal di Afrika Barat. Di era kini banyak Blues Lovers lahir. Mereka menyimak, belajar, menulis, memainkan, dan bikin album.
Musik blues mempunyai pengaruh yang besar terhadap musik populer Amerika dan Barat yang baru, seperti dapat terlihat dalam aliran ragtime, jazz, "blues rock", "electric blues", bluegrass, rhythm and blues, rock and roll, hip-hop, dan country, "reggae", serta musik rock konvensional.
SEJARAH MUSIK ROCK INDONESIA
Musik rock di Indonesia mulai menjejak pada tahun 1970-an. Dan kemunculannya pun tidak bisa dilepaskan dari para pionir mulai dari Giant Step, God Bless, Gang Pegangsaan, Gypsy, Super Kid, Terncem, AKA/SAS, Bentoel, hingga Rawe Rontek.
Tapi sebelum tahun 1970-an, sebenarnya sudah ada sebuah band bernama The Rollies, yakni grup band beraliran jazz rock yang dibentuk di Bandung dan menjadi kebanggaan Kota Kembang pada tahun 1967, bahkan sempat populer hingga awal 1980-an. Para personelnya terdiri dari Bangun Sugito (vokal), Uce F. Tekol (bas), Jimmy Manoppo (drum), Benny Likumahuwa (trombon), Delly Joko Arifin (keyboards/vokal), Bonny Nurdaya (gitar), dan Teungku Zulian Iskandar (saksofon).
The Rollies adalah kelompok rock tertua Indonesia dan termasuk grup yang paling sering mengalami bongkar pasang pemain. Dalam perjalanannya, grup yang telah merintis ke dunia rekaman pada tahun 1967 ini sempat menjadi grup papan atas yang disegani penonton Bandung, Jakarta, Medan, dan Malang. Banyak yang menganggap The Rollies sebagai peletak dasar band rock Indonesia yang telah memberikan kontribusi bagi musik Indonesia masa kini.
Giant Step
Nama Giant Step memang tidak sefenomenal dan melegenda seperti halnya The Rollies atau God Bless. Meski demikian, grup era 1970-an asal Kota Bandung ini bisa dikatakan sebagai satu-satunya band rock Indonesia pada masa itu yang paling tidak suka membawakan lagu-lagu orang lain atau grup lain.
Dengan kata lain, Giant Step merupakan band rock yang berani "melawan arus" pada masa itu. Ketika band-band rock pribumi lain gemar membawakan lagu-lagu karya The Beatles, Rolling Stones, Led Zeppelin, Deep Purple, Black Sabbath, atau Grand Funk Railroad, Giant Step justru lebih bangga membawakan lagu-lagu karya mereka sendiri.
Mereka juga termasuk band rock yang lumayan produktif. Setidaknya ada tujuh album yang dihasilkan dalam kurun waktu 1975-1985. Tentu bukan hanya itu, Giant Step pun termasuk dari sedikit band rock pribumi yang berkiblat pada jenis musik progresif yang pada masa itu lebih sering disebut sebagai art rock, seperti yang diusung grup-grup Inggris macam King Crimson, Jethro Tull, Pink Floyd, Gentle Giant, Yes, Genesis, dan ELP (Emerson, Lake, and Palmer). Benny Soebardja dan Albert Warnerin adalah dua orang yang membidani kelahiran Giant Step pada awal 1970-an di Bandung, kota yang sering dijuluki sebagai gudangnya para seniman musik yang kreatif.
God Bless
Setelah The Rollies dan Giant Step, God Bless gantian menyandang predikat sebagai grup band rock papan atas di Indonesia pada masa itu. Bahkan bisa dibilang, God Bless adalah raja panggungnya musik Indonesia. God Bless mendeklarasikan diri sebagai grup band rock pada 5 Mei 1973, dengan formasi awal Achmad Albar (vokal), Fuad Hassan (drum), Ludwig Lemans (gitar), Donny Fattah (bas), dan Jockie Soeryoprayogo (keyboards).
Di antara beberapa band rock yang hadir di masa itu, seperti Giant Step dan The Rollies, God Bless bisa dibilang hampir tak tertandingi. Kendati kerap mengusung repertoar asing milik Deep Purple, ELP hingga Genesis, namun aksi panggung serta skill masing-masing personelnya boleh dibilang di atas rata-rata. Tapi karena terlalu sering menyanyikan lagu asing, gaya musik para personel God Bless sedikit banyak terpengaruh. Hal tersebut tergambar jelas dalam garapan musik album perdana mereka, “Huma di Atas Bukit”, yang cukup banyak terpengaruh sound Genesis.
Selain tidak memiliki gaya bermusik yang solid, keanggotaan God Bless juga bisa dibilang kurang solid. Sebab, dalam perjalanannya grup ini terhitung sangat sering gonta-ganti personel. Dari grup ini, nama Ian Antono mulai menarik perhatian dan menjadi gitaris pertama yang berkibar di jalur rock Indonesia.
Grup-Grup Lain
Sebenarnya cukup banyak grup band rock Indonesia yang eksis di tahun 1970-an. Tapi, lagu-lagu yang dimainkan di era itu kebanyakan bukanlah lagu karya mereka sendiri, melainkan milik band-band luar negeri, misalnya lagu milik Deep Purple, Jefferson Airplane, Black Sabbath, Genesis, Led Zeppelin, Kansas, Rolling Stones hingga ELP. Tradisi yang kontraproduktif itu kemudian melahirkan beberapa band Indonesia yang namanya sempat mengharum di pentas nasional. Sebut saja misalnya El Pamas, Grass Rock (Malang), Power Metal (Surabaya), Adi Metal Rock (Solo), Val Halla (Medan) hingga Roxx (Jakarta).
Lalu, sejak awal tahun 1980-an, musik rock agak sedikit “terlupakan” lantaran booming-nya musik thrash metal di kalangan anak-anak muda, bahkan di seluruh dunia. Sejak saat itu, mulailah bermunculan warna-warna baru dalam musik rock dengan sound yang lebih garang, speed menonjol, lengkingan vokal yang tinggi, dan distorsi gitar yang lebih tebal, seiring dengan majunya perangkat efek gitar dan teknologi sound system-nya.
Pada Era 1980-an hingga 1990-an akhirnya muncul mazhab-mazhab musik heavy metal, hard rock, dan speed metal. Penampilan-penampilan musisi pada era ini tergolong "gila". Bahkan para fans-nya juga membuat geng-geng guna mendukung grup band-nya masing-masing, dan ini menjadi cikal bakal seringnya tawuran di saat live music. Pada era ini pula mulai ada fans yang melakukan head banger alias mengibaskan rambut yang gondrong atau menggoyang-goyang kepala sambil mengikuti beat lagu, disertai salam metal tiga jari (yang kemudian salam ini dipakai oleh salah satu partai di Indonesia).
Meski band-band rock di tahun 1980-an sedikit terlindas oleh roda musik heavy metal, tidak demikian halnya dengan musisi rock solo. Sebab, pada tahun 1985, muncul nama Nicky Astria dengan albumnya, “Jarum Neraka”, yang digarap bersama Ian Antono. Album itu ternyata laris di pasaran hingga terjual di atas 250 ribu kaset. Album “Jarum Neraka” itu disebut-sebut sebagai album rock Indonesia pertama yang mampu menyaingi album lagu pop dalam mendobrak angka penjualannya. BASF Awards menganugerahi album ini sebagai album rock terlaris di tahun yang sama.
Roxx, Sebuah Kegairahan Baru
Pada tahun 1980-an juga di Indonesia muncul sebuah kegairahan baru dalam musik rock. Sebuah grup band bernama Roxx dianggap sebagai icon kegairahan baru tadi. Roxx adalah grup cadas era 80-an yang pernah menjadi fenomen pada masanya. Mereka pun dianggap sebagai grup yang paling beruntung karena dengan mudah bisa melakukan rekaman untuk single pertama mereka, “Rock Bergema”. Kemudahan itu bisa mereka raih setelah menjadi salah satu finalis “Festival Rock Se-Indonesia ke-V”. Bagi Roxx, mendapat kontrak rekaman dari label adalah obsesi yang terlalu muluk pada saat itu. Jangankan rekaman, demo rekaman bisa diputar di radio saja mereka sudah bahagia.
Saat itu, stasiun radio yang rutin mengudarakan musik- musik rock atau metal adalah Radio Bahama, Radio Metro Jaya, dan Radio SK. Dari beberapa radio tersebut mungkin yang paling legendaris adalah Radio Mustang. Sebab, mereka punya program bernama “Rock N’ Rhythm” yang mengudara setiap Rabu malam dari pukul 19.00 – 21.00 WIB.
Pada era 1980-an pula para pencinta musik rock mencicipi masa-masa kejayaan di seluruh Indonesia. Tetapi kejayaan itu tidak bertahan lama lantaran para fans masing-masing band yang memiliki geng-geng-nya sendiri-sendiri mulai bersikap anarkis dan mau menang sendiri. Mereka ingin diakui sebagai geng yang terkuat, terbesar, dan anggotanya terbanyak. Sejak saat itu mulailah setiap pentas musik rock diwarnai dengan tawuran, kekacauan, bahkan sampai menimbulkan korban jiwa.
Musik Independen
Memasuki era 1990-an, muncul gerakan baru dalam industri musik Indonesia yang independen. Gerakan ini muncul karena begitu banyaknya artis dan grup yang tak berhasil menembus perusahaan rekaman besar atau major label. Gerakan independen ini muncul juga karena para pemusik tak rela kreativitasnya diutak-atik dan didikte oleh perusahaan-perusahaan rekaman yang besar.
Gerakan independen ini digagas oleh kelompok rock asal Bandung, PAS Band, yang bergerilya memasarkan album mereka sendiri. Ternyata, usaha PAS Band berbuah sukses. Gerakan independen ini pun tak hanya berhenti di situ, malah terus merambah ke mana-mana. Beberapa grup musik independen ini malah melakukan terobosan pasar secara internasional, seperti yang telah dilakukan oleh kelompok Tengkorak, Discus, dan Mocca.
Begitu riuh dan dinamis adegan musik Indonesia saat ini. Semakin yakinlah kita bahwa musik Indonesia masih tetap bernapas, masih tetap menggeliat walaupun didera pelbagai kendala.
SEJARAH MUSIK DANGDUT
Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang di Indonesia. Bentuk musik ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (pada cengkok dan harmonisasi). Perubahan arus politik Indonesia di akhir tahun 1960-an membuka masuknya pengaruh musik barat yang kuat dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sejak tahun 1970-an dangdut boleh dikatakan telah matang dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik populer, dangdut sangat terbuka terhadap pengaruh bentuk musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, bahkan house music.
Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang saja) yang khas dan didominasi oleh bunyi dang dan ndut. Nama ini sebetulnya adalah sebutan sinis dalam sebuah artikel majalah awal 1970-an bagi bentuk musik melayu yang sangat populer di kalangan masyarakat kelas pekerja saat itu.
Berikut adalah nama-nama beberapa tokoh penyanyi dan pencipta lagu dangdut populer yang dibagi dalam tiga kelompok kronologis, sesuai dengan perkembangan musik dangdut:
Pra-1970-an
- Husein Bawafie
- Munif Bahaswan
- Ellya
- M. Mashabi
- Johana Satar
- Hasnah Tahar
1970-an
- A. Rafiq
- Rhoma Irama
- Elvy Sukaesih
- Mansyur S.
- Mukhsin Alatas
- Herlina Effendi
- Reynold Panggabean
- Camelia Malik
- Ida Laila
Setelah 1970-an
- Vetty Vera
- Nur Halimah
- Hamdan ATT
- Meggy Zakaria
- Iis Dahlia
- Itje Tresnawaty
- Evi Tamala
- Ikke Nurjanah
- Kristina
- Cici Paramida
- Dewi Persik
- Inul Daratista
- dll
Dangdut dalam budaya kontemporer Indonesia
Oleh Rhoma Irama, dangdut dijadikan sebagai alat berdakwah, yang jelas terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya dan dinyatakan sendiri olehnya. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat protesnya terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral".
Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan.
Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari nafas ini.
Panggung kampanye partai politik juga tidak ketinggalan memanfaatkan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.
Interaksi dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.
Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.
Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.
Bangunan lagu
Meskipun lagu-lagu dangdut dapat menerima berbagai unsur musik lain secara mudah, bangunan sebagian besar lagu dangdut sangat konservatif, sebagian besar tersusun dari satuan delapan birama 4/4. Jarang sekali ditemukan lagu dangdut dengan birama 3/4, kecuali pada lagu-lagu masa Melayu Deli (contoh: Burung Nuri). Lagu dangdut juga miskin improvisasi, baik melodi maupun harmoni. Sebagai musik pengiring tarian, dangdut sangat mengandalkan ketukan tabla dan sinkop.
Intro dapat berupa vokal tanpa iringan atau berupa permainan seruling, selebihnya merupakan permainan gitar atau mandolin. Panjang intro dapat mencapai delapan birama. Bagian awal tersusun dari delapan birama, dengan atau tanpa pengulangan. Jika terdapat pengulangan, dapat disela dengan suatu baris permainan jeda. Bagian ini biasanya berlirik pengantar tentang isi lagu, situasi yang dihadapi sang penyanyi.
Lagu dangdut standar tidak memiliki refrain, namun memiliki bagian kedua dengan bangunan melodi yang berbeda dengan bagian pertama. Sebelum memasuki bagian kedua biasanya terdapat dua kali delapan birama jeda tanpa lirik. Bagian kedua biasanya sepanjang dari dua kali delapan birama dengan disela satu baris jeda tanpa lirik. Di akhir bagian kedua kadang-kadang terdapat koda sepanjang empat birama. Lirik bagian kedua biasanya berisi konsekuensi dari situasi yang digambarkan bagian pertama atau tindakan yang diambil si penyanyi untuk menjawab situasi itu.
Setelah bagian kedua, lagu diulang penuh dari awal hingga akhir. Lagu dangdut diakhiri pada pengulangan bagian pertama. Jarang sekali lagu dangdut diakhiri dengan fade away.'



Tidak ada komentar: